Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mempunyai peran vital dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. UKM terbukti mampu bertahan di tengah krisis yang melanda Indonesia pada tahun 1997, dan bahkan sampai sekarang. Aries Musnandar (2012) mengatakan bahwa pada tahun 2011 UKM menyumbang 56% dari total PDB di Indonesia. Selain itu, UKM juga mampu mengurangi pengangguran di Indonesia karena UKM menyerap banyak tenaga kerja. Melihat peran vital UKM ini tentu bukan menjadi hal yang mengherankan apabila pemerintah seharusnya meningkatkan kinerja sektor UKM tersebut.
Terdapat
begitu banyak jenis UKM tersebar di wilayah Indonesia, salah satunya adalah UKM
Batik. Batik merpakan produk warisan budaya yang sangat penting untuk
dilestarikan dan dikembangkan. Menjadikan batik sebagai ikon Indonesia
mensyaratkan adanya penguatan batik sebagai warisan budaya sekaligus penggalian
potensi ekonominya sebagai industri. Nilai produksi batik mencapai produksi
batik mencapai Rp3,9 triliun pada tahun 2010, namun nilai ekspor pada tahun
tersebut hanya sebesar 69,24 juta dollar AS. Pasar ekspor batik Indonesia,
ditunjukkan dalam tabel 1 di bawah ini:
Tabel
1. Pasar Ekspor Batik Indonesia
No
|
Nama
Negara
|
Nilai
Ekspor (juta dollar AS)
|
1
|
Amerika
Serikat
|
24,67
|
2
|
Belgia
|
10,53
|
3
|
Jepang
|
7,55
|
4
|
Jerman
|
5,63
|
5
|
Swedia
|
3,02
|
6
|
Lainnya
|
17,85
|
Total
|
69,24
|
Sumber:
Kementerian Perdagangan, 2010
Sentra
industri batik di Indonesia tersebar di beberapa wilayah, diantaranya:
Yogyakarta, Cirebon, Lampung, Riau, Samarinda, Surakarta, Sragen, Lasem dan
daerah lainnya. Sragen merupakan salah satu kabupaten yang menyumbang komoditas
batik terbesar di Solo Raya. Salah satu sentra kerajinan batik Sragen adalah di
wilayah Desa Pilang yang terletak di sebelah utara Kecamatan Masaran. Nderbolo,
salah satu UKM Batik di Desa Pilang yang dimiliki oleh Bapak Ngadiyono. Berikut
ini merupakan profil singkat dari UKM Batik Nderbolo:
Tabel
2. Profil Singkat Batik Nderbolo
Profil
|
|
UKM
|
Nama Usaha
|
:
|
Batik Nderbolo
|
Pemilik
|
:
|
Ngadiyono
|
Alamat
|
:
|
Jantran,
RT. 28/05, Pilang, Masaran,
Sragen 57282 Tlp. 0271-7086809
Hp. 0816 5426
809
|
SDM dan
pendidikan
|
:
|
5
karyawan tetap
12
karyawan borong
SMA
= 1 karyawan
SMP
= 2 karyawan
Mayoritas SD
|
Wilayah
pemasaran
|
|
Solo, Yogya,
Temanggung, Semarang
|
Kondisi
UKM Batik Nderbolo belum mencapai skala produksi yang maksimal. Terdapat
beberapa permasalahan yang dihadapi oleh Nderbolo, yaitu:
1.
Pembukuan belum tertata dengan baik
dan teratur. Nderbolo tidak rutin melakukan pencatatan setiap transaksi
(pembelian faktor-faktor produksi maupun dalam pemasaran produk).
2.
Desain motif batik yang dimiliki dan
diproduksi oleh Nderbolo masih terbatas dan belum bervariatif.
3.
Pemasaran Nderbolo masih bersifat
konvensional, penjualan berdasarkan titip jual dan cash.
Pendapat dari kasus UKM Batik
Nderbolo
Selama
ini pembukuan yang dilakukan Nderbolo belum teratur dan belum tertata rapi,
tidak semua transaksi dibukukan, sehingga dalam menghitung biaya produksi,
aset, laba, dan sebagainya Nderbolo hanya mengandalkan perkiraan saja. Faktor
utama penyebab masalah ini adalah belum ada SDM yang handal dalam hal pembukuan
(akuntansi).
Solusi
untuk mengatasi masalah ini adalah dengan mengadakan pelatihan kepada UKM
Nderbolo terkait dengan pembukuan (akuntansi). Kegiatan pelatihan ini dapat
dilakukan oleh pemerintah melalui kebijakan-kebijakannya. Seperti kegiatan
pengabdian pada masyarakat (P2M) yang dilakukan oleh perguruan tinggi atau
mungkin melalui kebijakan pemerintah daerah.
Selain
program pelatihan oleh pemerintah, pihak Nderbolo sendiri harus memiliki
komitmen kaitannya dengan pembukuan ini. Berdasarkan pengalaman, biasanya
program pelatihan hanya dilakukan selama kegiatan itu berlangsung dan setelah program
selesai, mereka juga tidak melakukannya lagi. Maka dari itu kesadaran dari
pihak UKM Batik Nderbolo juga harus dibangun sehingga Nderbolo bisa mempunyai
komitmen yang kuat untuk melakukan pembukuan secara rutin dan rapi.
Selain
masalah pembukuan, Model desain batik yang di produksi oleh Nderbolo masih terbatas dan belum bervariatif.Untuk
mempertahankan produksi batik yang dimilikinya, karena ada banyak pesaing
seharusnya Nderbolo
mengikuti tren desain yang diminati oleh pasar.
Biasanya,
batik cenderung di pakai untuk acara formal maka dari itu agar orang-orang
berminat menggunakan batik dalam kegiannya sehari-hari bukan hanya untuk acara
formal seharusnya Memuat model batik yang unik,kreatif,dan modis.
Membuat
motif-motif baru misalnya desain batik motif SBY atau desain batik sepak bola.
Masalah
lain yang alami oleh batik Nderbolo yaitu pemasaran yang masih
tradisional.
Akibatnya
area pemasaran sangat terbatas (lokal), yaitu Solo, Yogya, Temanggung, dan
Semarang.
Agar
batik Nderbolo dikenal oleh banyak orang seharusnya Nderbolo memanfaatkan
teknologi komputer sebagai sarana pemasaran produk.Nderbolo bisa memasarkan
produknya lewat media on-line misalnya facebook,twitter,e-mail dll.
sumber:
http://www.pendidikanekonomi.com/2013/01/permasalahan-di-ukm-batik-dan-solusinya.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar